GOOD BYE NICU

Some days I had to tell myself. “You can get through next 5 minutes. It’s 5 minutes, you got this.” And I did. While my son was in the NICU, I made this through days that turned into weeks of those … 5 minutes.

Saya sempat dijuluki sebagai ‘Bu RT Ruang B’ oleh para perawat karena Ron termasuk yang cukup lama dirawat di NICU. Teman-teman saya banyak yang pulang duluan, dan berganti dengan yang baru. Kalau ada yang pulang biasanya satu ruangan ikut senang ketika ibu dan bayi yang pulang tersebut menyalami kami yang masih tinggal satu per satu. Rasanya seperti membangkitkan harapan bahwa sebentar lagi pun pasti akan tiba waktunya, giliran kami yang pulang.

img_2989
Mulut mecucu dari dulu

IMG_2919.JPG

Persahabatan para ibu di NICU luar biasa. Kami saling menguatkan dan saling menopang satu dengan yang lain. Saya ingat waktu itu ada satu ibu yang anaknya tidak dapat bertahan dan akhirnya meninggal, sementara ASI-nya masih banyak. Ibu ini pun akhirnya mendonorkan ASI-nya (yang masih kolostrum!) kepada bayi-bayi yang membutuhkan saat itu.

Tidak jarang kami berkumpul di satu ruangan sambil pumping bersama. Ada masa-masa di mana kami berkumpul bersama menguatkan teman yang lagi down karena kondisi anaknya drop. Kalau ada yang baru kembali dari rumah atau baru dapat kunjungan keluarga, biasanya pada bagi-bagi makanan ke ibu-ibu yang lain. Ga jarang juga kami berbagi info satu dengan yang lain: jadwal skrining, pompa ASI, booster ASI, dll. Kalau yang bayinya dirawat di ruang yang sama biasanya saling nitip jaga kalau ibunya ada keperluan ke luar.

Ada ibu yang beberapa kali membagikan kapsul yang isinya daun kelor kering, ditumbuk sendiri oleh suaminya (!) pada saat saya nangis-nangis karena ASI saya kering. Ada Eda yang menawarkan untuk meninggalkan ASIP-nya untuk Ron ketika dia diijinkan pulang lebih dulu. Beberapa teman yang usianya sama dengan Ron bahkan hingga kini masih bertukar kabar dan informasi via Whatsapp Group: KMC Group =) Mungkin ini seperti persahabatan yang terjalin di medan perang ya. Kami berjuang bersama-sama melewati masa-masa sulit bersama, sehingga ikatan yang terjalin begitu membekas di hati.

Dengan para dokter, perawat, dan petugas yang lain juga begitu. Saya ingat waktu itu saya nangis sesenggukan di depan dr. Nene karena sejak lahir sampai sekitar 3 hari kalo ga salah, saya ga dapat laporan apa-apa mengenai kondisi Ron. Saat saya bertanya ke dokter yang lain malah dijawab,”Bu, bayi Ibu masih diobservasi. Kalau saya sekarang saya bilang bayi ibu baik-baik saja tapi besok jantungnya bocor gimana? Saya ga mau kasih harapan palsu ke Ibu.”

Akhirnya saya ga tahan lagi. Saya datangi ruang jaga dokter dan perawat dan saya tanya sebenarnya status Ron bagaimana. Saat itu saya diminta bersabar dan menunggu di ruang konsultasi. Tidak berapa lama kemudia dr. Nene mendatangi saya. Langsung pecah tangis saya waktu itu.

img_3101

“Dok, anak saya sudah 3 hari di sini dan sampai saat ini saya belum tahu kondisinya bagaimana. Tolonglah Dok, saya ga bisa dibeginikan. Bertanya-tanya sendiri ngeliatin anak saya diapain aja.”

Waktu itu dr. Nene akhirnya menjelaskan kepada saya mengenai Ron. Tentang bilirubinnya, hasil cek darah, dll. Secara keseluruhan semua ok.

“Mulai sekarang saya akan report ke Ibu terus tentang perkembangan adek ya.”

Dan itu benar-benar dilakukan beliau sampai kami pulang. Tiap hari selalu saya dikasih report. Bahkan ketika per 1 Desember sudah berganti operan dan dokter penanggung jawab Ron berganti ke dr. Ryu, dr. Nene kalau ketemu saya pasti tetap bantu cek status Ron hari itu. We love you full pokoknya Dok 😍

img_3162-01
dr. Nene ketika mau pulang. Waktu oulang juga Ron dibawa dengan metode KMC 😉
img_3164-01
dr. Riyu

Para suster juga lama-lama jadi dekat. Ga jarang saya pumping bersama suster di ruangan saya. Ada suster-suster yang anak-anaknya masih bayi juga, jadi setiap beberapa jam mereka pumping untuk bekal ASIP bayinya. Luar biasa banget ya perjuangan Ibu-ibu demi anaknya mendapat ASI Esklusif 😊😊😊 

img_3152-01
Suster Heni

Mbak Zeni, Bu Sri, para OB, security, dll; semuanya baik-baik sekali sama saya. Saya geli sendiri kalau ingat ada satu OB. Setiap kali dia membersihkan ruangan selalu sambil nyanyi, dan lagunya pasti sama. Aduh, sekarang saya malah lupa lagunya apa. Pokoknya lagi mendayu-dayu gitu. Dan ga jarang juga ternyata dia bersih-bersih sambil telpon pacarnya 😂 jadi sambil nyapu, nyanyi, dan nelpon. Oh so multitalented banget. Hiburan Ibu-ibu NICU pokoknya 😂😂😂

img_3122
Pertama kali gunting kuku. Perhatikan ukuran guntingnya ;D

Pertanyaannya, kenapa Ron lama di NICU?

Yang pertama karena bilirubinnya yang tinggi sekali waktu itu. Sampai bagian putih matanya jadi kuning. Kuning di matanya baru hilang total waktu Ron berusia kira-kira 6 bulan.

Yang kedua, karena Ron belum bisa nenen. Jadi harus terus difisioterapi oral terus supaya bisa kuat nenen. Cara taunya Ron minum ASI ketika menyusui bagaimana? Sebelum nenen ditimbang, setelah nenen ditimbang. Selisih beratnya ada perkiraan jumlah ASI yang masuk. Di Perinatal, timbangannya sampai tiga angka di belakang koma. Jadi bisa dilihat dengan detil selisih beratnya berapa gram sebelum dan seusdah nenen. Nah urusan timbangan ini lama-lama saya yang nimbang sendiri. Jadi sering tuh saya geret-geret timbangan ke dekat box Ron. Atau ketika segala macam selang Ron sudah dilepas, saya bawa Ron untuk saya timbang before after nenen. Inilah sebabnya makanya saya disebut Ibu RT Ruang B. LOL. Sudah berasa milik sendiri. Ga cuma timbangan. Selimut, baju, topi, sarung tangan dan kaki, hypafix, baju KMC, gendongan KMC, semuanya saya ambil sendiri. Hahahaha…

img_3137

Alasan ketiga mengapa Ron lama adalah kadang nafas atau suhunya tidak stabil, dan beberapa kali BB nya turun. Padahal syarat bayi boleh dipulangkan antara lain:

  • berat badan naik selama 3 hari berturut-turut
  • Suhu tubuh stabil (36.5-37.5 derajat Celcius)
  • Nafas stabil (120-160 kali per menit)
  • Bayi bisa minum (netek/sendok)
  • Ibu mampu merawat bayi

img_3141

Kalau ada satu item saya tidak dipenuhi, maka Ron tidak dapat dipulangkan. Bisa saja kalau saya memaksa pulang. Tapi saya memilih supaya kondisi Ron benar-benar stabil benar baru saya berani bawa pulang. Semakin mendekat hari kepulangan Ron sebenarnya saya semakin bimbang. Saya takut kalau saya tidak mampu merawat Ron di rumah. Beberapa kali para perawat bercerita ke saya:

“Bu, nanti kalau sudah di rumah dijaga betul ya anaknya. Kalau ada yang nengok jangan dikasih pegang. Kasihan. Di luar sana banyak virus dan bakteri. Kebanyakan orang tengok bayi ga mau tahu kondisi bayi yang ditengok. Maunya langsung gendong dan cium-cium. Pernah ada bayi kondisinya sudah bagus. Sampai di rumah diciumi sama yang jenguk. Akhirnya kembali ke sini, ternyata sepsis, dan akhirnya meninggal.”

img_3147img_3139

img_3107

Pesan ini yang saya ingat terus sampai sekarang. Makanya jangan heran kalau saya (apalagi dulu ketika masih awal-awal) bersikap tidak terlalu bersahabat dengan orang. Apalagi orang yang ga dikenal yang suka iseng pegang-pegang bahkan mencoba mencium (!!!!) Ron. Saya hanya berusaha melindungi Ron.

Yang keempat dan yang terakhir adalah karena menunggu hasil USG Kepalanya. Kalau hasil USG III Ron masih ada pendarahan di otak, maka dokter berencana akan melakukan MRI atau CT Scan (lupa tepatnya). Puji Tuhan hasilnya bagus, sehingga saat itu juga boleh pulang. 

img_3150
Baju RS terakhir sebelum pulang. Abaikan sarung tangan kaki yang warna-warni. Kalau di Perinatal makainya apa yang tersedia, ga bisa milih. Hehehe…

Sayangnya hari Ron di-USG untuk yang ketiga kalinya itu hari Jumat, sudah sore pula. Mau nggak mau harus tunggu sampai hari Senin, baru bisa dipulangkan. Hari Seninnya juga administrasi belum selesai, akhirnya hari Selasa, 8 Desember 2015 Ron benar-benar bisa pulang. 

HALELUYA!

screenshot_2016-11-22-11-54-11-1-1

Ga bakal lupa deh gimana senangnya waktu itu. Rasanya seluruh RS ikut seneng dan kasih selamat sambil bilang,

“Selamat ya, jangan balik lagi ke sini. Kita ketemu di mall aja” :”””’)

20161122_111943-01
BB pulang: 2098 gr 🙂
20161122_112019-01-1
Fetal Infant Growth Chart for Preterm Birth

8 Desember 2015

Pertama kali Ron keluar NICU.

Pertama kali keluar Rumah Sakit.

Pertama kali ketemu Daddy, Oma, Opa, Papa Yoshi.

Pertama kali pakai baju bukan baju rumah sakit.

Pertama kali naik mobil.

Pertama kali masuk rumah Oma.

Pertama kali tidur seranjang dengan Mommy Daddy.

Pertama kali KMC dengan Daddy.

img_3165-01img_3166-01img_3167-01

Pertama kali minum disendokkin Oma.

img_3168-01

Setelah 24 hari lahir di dunia 😊

Someday, I am going to sit down and tell you about the story of you. I don’t know what I will say. Where it will begin, and where it will end. All I know is, I am so blessed that someday, I get to sit down and tell you! I have been blessed with a miracle, and will never take it for granted.

Note:

DSA Ron Daniel selama di NICU :

  1. dr. Setiya Wandita, M. Kes, Sp. A (K) – Ketua IDAI bagian Neonatologi
  2. dr. Ekawaty L. Haksari, MPH, Sp. A (K) – Ketua Instalasi Perinatal RSUP Sardjito
  3. dr. Tunjung Wibowo, MPH, Sp. A (K) – Sekretaris IDAI bagian Neonatologi
  4. dr. Alifah Anggraini, MSc, Sp. A
  5. dr. Nene Triana Purnajati (residen)
  6. dr. Ryu (residen)

Ucapan terima kasih saya ga akan pernah cukup untuk para dokter, perawat, ahli gizi, konselor laktasi, OB, security, teman-teman Ibu di NICU, semua orang yang mendukung dan menolong Ron Daniel selama di NICU. Saya tidak akan pernah dapat membalas hutang budi ini, biarlah Tuhan yang membalaskan kebaikan hati setiap orang kepada kami. Sungguh-sungguh saya tidak pernah berhenti bersyukur atas setiap detik yang boleh kami lalui di NICU. I will always remember the way it felt. It has made me the mother I am today.

karlina-signature

Leave a comment